Kamis, 31 Mei 2018

Bagaimana Komposisi Partikel Sedimen ? Proses yang mempengaruhinya

Komposisi Partikel Sedimen


Komposisi batuan seperti halnya struktur sedimen merakan properti mendasar dari batuan sedimen. Pada umumnya dipergunakan istilah mineralogi untuk merujuk dan mengidentifikasi seluruh partikel atau butiran dalam batuan. Batuan atau sedimen silisiklastik adalah batuan yang tersusun oleh detrial yang berasal dari batuan yang telah ada sebelumnya yang tertransportasi dan terdeposisi melalui proses fisik. Jenis partikel rombakan (detrial ) berasal dari proses disitegrasi fisika-kimia dari batuan asal ( parent rock ). 

Sebagian besar detrial tersebut adalah partikel terrigenous silisiklastik yang dihasilkan oleh proses pelapukan yang tersusun oleh mineral resisten atau fragmen batuan atau mineral sekunder seperti mineral lempung dan juga hasil vulkanisme yang menghasilkan partikel piroklastik dari luar cekungan pengendapan. Beberapa detrial dapat pula merupakan partikel nonklastik, seperti contohnya fragmen cangkang atau klastika karbonat yang terbentuk dalam cekungan akibat adanya gangguan pada masa terumbu oleh gelombang.

Menurut Folk (1974) kelimpahan butiran (mineral ) dalam batuan sedimen dipengaruhi oleh faktor :
  • Ketersediaan. Mineral harus hadir dalam jumlah yang melimpah pada daerah sumber. Tidak akan ada arkose dari hasil erosi batugamping atau kerikil chert dari erosi granit. Demikian pula dengan ketidakhadiran feldspar mungkin bukan karena batuan sumber terletak pada iklim yang lembab ( tropis ) namun dapat juga karena fakta bahwa batuan sumbernya merupakan batupasir yang lebih tua, filit atau sekis.
  • Daya Tahan Mekanik. Merupakan ketahanan terhadap abrasi. Ketahanan mekanik dipengaruhi oleh hadir tidaknya belahan dan juga kekerasan. Abrasi dalam waktu yang panjang tidak akan terjadi pada mineral lunak atau mudah terbelah.
  • Stabilitas Kimia Partikel. Stabilitas terhadap pelarutan dan pelapukan selama proses transportasi, deposisi, maupun diagenesa. Mineral yang terbentuk akhir dalam pembentukan batuan beku atau terbentuk pada fase kristalisasi akhir dimana kondisi suhunya lebih dingin dan lebih hydrous akan menjadi mineral yang lebih stabil pada batuan sedimen contohnya adalah mineral kuarsa. Kesetabilan mineral tersebut disebabkan oleh kondisi awal pembentukannya lebih dekat dengan kondisi lingkungan pengendapan yang relatif bersuhu dingin dan basah. Tingkat kesetabilan kimia pada mineral kurang lebih merupakan kebalikan dari seri pembekuan pada seri reaksi Bowen's ( Bowen's reaction series ), namun kondisi kimiawi secara lokal dapat mempengaruhi urutannya.

Selain itu faktor lain yang dapat berpengaruh adalah :
  • Iklim : Pelarutan mineral lebih intensif pada daerah dengan iklim yang bersifat panas dan lembab ( humid ) dibandingkan dengan daerah semi arid.
  • Relief daerah asal batuan sumber. Mineral yang tidak setabil akan tetap ditemukan di daerah dengan relief tinggi karena selalu ada suplai meneral dari batuan segar walaupun tingkat pelapukannya tinggi, sedangkan daerah dengan relief rendah umumnya batuan segarnya sudah tertutup batuan yang lapuk sehingga hanya mineral yang stabil yang masih tersisa kemudian tertransport.
  • Proses sedimentasi. Seperti sistem arus yang membawa partikel, adanya benturan saat transportasi dan faktor hidrolik misalnya berat jenis mineral.
Pemanfaatan informasi komposisi partikel sedimen untuk mengetahui pengaruh dari faktor-faktor tersebut di atas dekenal sebagi studi provence. Studi ini adalah studi mengenai asal- usul atau kemunculan sedimen ( Pettijon et al., 1987 ). Untuk studi provance umumnya digunakan analisa kehadiran mineral berat dan mineral ringan. Pada praktikum ini untuk studi provance dipergunakan mineral ringan dalam hal ini adalah kuarsa, feldspar dan fragmen batuan.
Tipe batuan dan indeks kematangan dapat diturunkan dari perbandingan ( rasio ) kuarsa / feldspar dan kuarsa / ( feldspar + fragmen batuan ) atau Q/F dan Q/(F+L) seperti yang di usulkan oleh Petijjohn ( 1957 ).
Diagaram segitiga Q F L.
Dalam menggunakan tebal rasio Q/F perlu dicatat bahwa rasio tersebut tidak selalu sesuai untuk pasir yang berasal dari daerah dengan batuan yang miskin feldspar. Kurangnya kandungan Feldspar akan mengakibatkan tingginya rasio Q/F. Batuan dengan  tingkat kematangan tinggi akan memiliki prosentase kuarsa yang tinggi seperti pada orthoquartzite ( Quartz arenite ). Kematangan ini juga akan berkaitan dengan nilai sortasi dan kebundaran dari partikel ( roundness ). Semakin matang maka sortasi semakin baik dan semakin membundar.

Tidak ada komentar:

Cari Pembahasan Lainnya ?

close