Senin, 30 Juli 2018

Penjelasan Batuan Gunung Api dan Pengaruh Gunung Api

Batuan Gunung Api

Secara umum pembentukan batuan beku dan batuan gunung api berasal dari massa yang sama, yaitu larutan silkat pijar yang kita kenal sebagai magma atau batuan api, pembekuan magma secara langsung. Sehubungan dengan  pernyataan tersebut, pernahkah kita mencoba mengamati atau mencermati dengan seksama, artinya mencoba memahami sifat-sifat alamiah yang dipunyai magma dalam kaitannya dengan proses-proses yang terjadi di dalam tubuh gunung api hingga mekanisme terbentuknya batuan gunung api ( Volcanic rock ) di permukaan bumi.

Khusus untuk batuan gunung api, pemahaman proses yang berlangsung kebanyakan masih dikaitkan dengan proses yang terjadi pada batuan sedimen klastik. Sehubungan dengan hal ini maka sebagian hanya dimasukan sebagai batuan beku dan sebagian lain dimasukkan ke dalam batuan sedimen. Padahal banyak hal perlu diluruskan dan atau dicermati lebih mendalam. Studi perilaku gunung api masa kini dengan segala produk batuan yang dihasilkannya sangat penting untuk dapat menjelaskan batuan asal magma yang telah terjadi pada masa lalu.

Prinsip geologi yang dicetuskan oleh James Hutton ( 1785 ) "The present is the key to the past" sudah membumi bagi orang-orang yang menekuni ilmu kebumian khusunya geologi, sangat  penting dalam kaitannya dengan hal yang disebut sebelumnya. Implementasi prinsip geologi tersebut tidak sesederhana dibanding dengan pernyataannya sendiri, melainkan dibutuhkan suatu kajian yang berkesinambungan untuk membuktikannya. Katakanlah pembangunan tubuh gunung api ( volcanic edifice) monogenesis, gunung api komposit, gunung api kaldera, dan lapangan gunung api ( volcanic field ) dan jenis gunung api yang lain memerlukan suatu kesatuan proses yang diawali oleh magma.

Produk batuan yang dihasilkan oleh suatu kegiatan gunung api, baik yang diendapkan di dalam bumi dekat permukaan maupun yang diendapkan di atas permukaan bumi khususnya yang bersifat meleleh (effusive) menunjukan suatu mekanisme koherenitasan komposisi. Namun bagaimana dengan produk batuan hasil kegiatan gunung api yang bersifat meletus ( explosive)? Adanya pandangan umum yang menyebutkan bahwa mekanisme pengendapan batuan ini mengikuti sistem sedimentasi klasik, yang akhirnya diproses primer yang menyertainya tidak dilibatkan dalam mengkaji suatu singkapan batuan di lapangan dan di laboratorium.

Perubahan pemikiran terhadap pandangan umum tersebut perlu dilakukan dan atau paling tidak dilakukan evaluasi materi sehingga diharapkan terjadi komunikasi yang benar antara fakta dilapangan dengan argumentasi genesisnya. Studi lebih jauh lagi akan memberikan kontribusi tataan geologi yang lebih komprehensif karena melibatkan berbagai disiplin ilmu kebumian.


Terminalogi

Petrologi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan geologi yang mempelajari batuan pembentuk kulit bumi, mencakup aspek pemerian ( deskripsi ) dan aspek genesa-interpretasi. Pengertian luas dari petrologi adalah mempelajari batuan secara mata telanjang, secara optik/mikroskopis, secara kimia dan radioisotop.

Volkanologi adalah ilmu yang mempelajari tentang permasalahan gunung api. Permasalahan gunung api meliputi bentuk fisik alamiah ( nature ), asal-usul ( origin ), bahaya dan penanggulangannya ( volcanic hazards and their mitigation ), dan manfaat keberadaan gunung api. Volcanologi terdiri dari kata "volcano" yang mempunyai arti gunung api, dan "logi" berasal dari kata "logos" yang berarti ilmu pengetahuan.

Petrogenesa adalah bagian dari petrologi yang menjelaskan seluruh aspek terbentuknya batuan mulai dari asal-usul atau sumber, proses primer terbentuknya batuan hingga perubahan-perubahan (proses sekunder ) pada batuan tersebut. Untuk batuan beku, sebagai sumbernya adalah magma. Proses primer menjelaskan berbagai rangkaian atau urutan kejadian pembentukan berbagai jenis magma sampai dengan terbentuknya berbagai macam batuan beku, termasuk lokasi pembekuannya, sedangkan proses sekunder antara lain berupa oksidasi, pelapukan, ubahan hidrotermal, penggantian mineral ( replacement), dan malihan, sehingga sifat fisik maupun kimiawinya dapat berubah total dari batuan semula atau primernya.


Pengertian Gunung Api dan Batuan Gunung Api

Macdonald (1972) dalam bukunya yang berjudul "volcanoes" memberikan pengertian bahwa volcano is both the place or opening from wich molten rock or gas, and generally both, issue from the earth's interior onto the surface, and the hill or mountain built up around the opening by accumulation of the rock material atau diterjemahkan sebagai tempat atau bukaan dimana batuan kental dan atau gas, biasanya kedua-duanya, keluar kepermukaan bumi, dan bahan padat yang terakumulasi disekeliling lubang membentuk bukit atau gunung. Tempat atau bukaan menunjukkan pada kawah atau berupa cekungan, sedangkan batuan kental pijar dan gas berarti magma. Magma yang dalam perjalanannya dapat mencapai permukaan bumi adalah gunung api. Oleh sebab itu,  pembentukan bukit atau gunung disini tidak merupakan sesuatu yang harus terjadi atau mutlak ada.

Istilah yang masih berkaitan erat dengan gunung api adalah volkanisme ( volcanism ). Volkanisme adalah proses alamiah yang berhubungan dengan kegiatan gunung api, termasuk didalamnya asal mula pembentukan magma di dalam perut bumi hingga kemunculannya dipermukaan bumi dalam berbagai bentuk dan kegiatannya. Pengertian ini merujuk pada adanya satu kesatuan proses magmatisme, volkanisme dan sedimentasi batuan klastika gunung api ( Gambar 5.1 ). Pemahaman tentang satu kesatuan proses ini sangat penting dalam hubungannya dengan penyelesaian permasalahan yang muncul di daerah yang umumnya disusun oleh lotologi gunung api atau secara khusus menempati busur magmatisme volkanisme. Sebagai contoh permasalahan bentang alam gunung api, stratigrafi gunung api, dan struktur geologi gunung api.

Batuan gunung api adalah batuan yang terbentuk sebagai hasil kegiatan gunung api, baik langsung maupun tidak langsung.   Kegiatan gunung api diartikan sebagai proses erupsi atau keluarnya magma dari dalam bumi ke permukaan, melalui lubang kawah atau kaldera dalam berbagai bentuk dan kegiatannya. Pengertian langsung berarti hasil erupsi membeku atau mengendap insitu, sedangkan tidak langsung adalah sudah mengalami deformasi atau perombakan. Batuan gunung api dikelompokkan menjadi lava koheren ( intrusi dangkal dan batuan beku luar ) dan batuan klastika gunung api.

Gambar 5.1. Satu kesatuan proses magmatisme volkanisme-sedimentasi di dalam tubuh gunung api. Gambar : Brainly

Baca : Hubungan batuan gunung api dengan proses yang terjadi pada gunung api itu sendiri.


Batuan Gunung Api

Batuan gunung api adalah batuan yang terbentuk sebagai hasil dari aktivitas gunung api, baik langsung maupun tidak langsung. Aktifitas gunung api meliputi erupsi yang bersifat intrusi dan ekstrusi. Erupsi ekstrusi mencakup erupsi meletus dan erupsi meleleh. Kedua aktivitas gunung api ini menghasilkan berbagai jenis batuan gunung api. Bronto ( 2001 ) menyebutkan bahwa batuan gunung api memberikan rujukan pemahaman bahwa :
  • Dalam berjalanannya kepermukaan bumi magma dapat benar-benar keluar, atau sebagian keluar sebagian membeku di dekat permukaan atau seluruhnya membeku di dekat permukaan;
  • Dalam perjalanannya ke permukaan, magma membeku sangat cepat sehingga sebagian atau seluruhnya membeku gelas gunung api ( volcanic glass ). Pembekuan sangat cepat itu terjadi karena magma yang bertemperatur antara 900 derajat sampai 1200 derajat Celcius secara cepat keluar ke permukaan bumi yang mempunyai temperatur di bawah 30 derajat celcius. Bahkan di dalam atau didaerah tertutup es temperatur bisa di bawah 0 derajat celcius. Gelas gunung api ini adalah mineral yang tidak terbentuk kristal ( amorf ), berasal dari magma, dan merupakan bahan silikat ini adalah mineral yang mengandung unsur silika atau oksida SiO2. Di dalam bahan silikat masih ada unsur atau oksiada lain, seperti alumunium, magnesium, besi, kalsium, titanium, mangan, natrium, kalium dan lain-lain. Hal ini agak sedikit berbeda dengan pengertian mineral silika yang hanya tersusun oleh unsur Si atau oksida SiO2, seperti kuarsa dan opal/chert.
  • Mineral yang mengkristal pada umumnya mempunyai tekstur pendinginan sangat cepat ( quenching / supercooling tekstures ) karena pertumbuhannya sangat terganggu oleh proses struktur zoning, fbrous structures, skeletal crystals, embayment, corrosion, banded microcrystalline, rekahan pada kristal dan di dalam kristal mengandung inklusi gelas gunung api.
  • Dibagian luar tubuh gunung api biasanya terdapat lubang bekas keluarnya gas gunung api ( vesicular structures ) dan perekahan yang terjadi selama proses pergerakan ke permukaan  dan pendinginan sangat cepat ( super cooling fractures ). Pada kondisi tertentu struktur lubang gas dapat terbentuk dibagian tengah tubuh batuan beku terobosan dangkal.
  • Magma yang membeku didekat permukaan ( high level intrusives ) atau sudah keluar ke permukaan secara meleleh ( effusive eruptions ) membentuk lava koheren yang pada akhirnya menjadi batuan beku yang pada umumnya masif. Sedangkan magma yang keluar ke permukaan secara meletus ( eksplosive eruptions ) menghasilkan batuan beku terfragmentasi yang disebut pyroclasts, berasal dari kara pyro artinya api dan clast berarti butiran, fragmen atau kepingan. Jadi pyroclast adalah butiran batuan pijar yang dilontarkan keluar ( ejected material ) dari lubang kawah pada saat terjadi letusan gunung api. Pyroclasts atau istilah lain ejecta ini mempunyai berbagai ukuran, mulai dari berbutir halus, berbutir sedang ( lapili ) sampai dengan berbutir kasar ( blok atau bom gunung api ). Batuan ini secara kusus disebut batuan piroklastika dan secara umum membentuk batuan gunung api bertekstur klastika ( volvaniclastic  rocks).
Sehubungan dengan hal tersebut maka ciri-ciri khas yang harus dipunyai batuan gunung api di dalam pemerian tekstur dan komposisi adalah sebagai berikut :
  • Tekstur hipokristalin porfiri, vitrovir atau gelas, baik di dalam lava koheren maupun sebagai komponen bahan klastika;
  • Komposisi selalu mengandung gelas gunung api; kristal yang terbentuk pada umumnya menunjukkan tekstur dan struktur pendinginan magma sangat cepat; komponen fragmen batuan kebanyakan terdiri dari fragmen batuan beku ( luar ), seperti basal, andesit, dasit atau riolit. Namun, tidak menutup kemungkinan terdapat fragmen batuan gunung api yang lebih tua / batuan samping, serta batuan dasar nongunung api yang ikut terlontar keluar sebagai bahan aksesori dan accidental material.
Selain deskripsi penting terhadap parameter tekstur dan komposisi, batuan gunung api juga mempunyai ciri-ciri yang tak kalah penting yaitu warna dan tekstur. Warna mempunyai peranan penting terhadap komposisi yang dikandung batuan gunung api. Warna batuan gunung api sangat beragam ( gelap-abu-abu-terang ), yang dipengaruhi oleh komposisi kimia dan mineral penyusunnya. Batuan berkomposisi basa umumnya memperlihatkan warna gelap, batuan berkomposisi intermediet berwarna abu-abu, dan warna terang untuk batuan berkomposisi asam.

Mengenai struktur batuan gunung api, untuk lava koheren dan fragmen batuan mengikuti hukum-hukum yang berlaku di dalam batuan beku, seperti halnya struktur masif, berlubang / berongga (vesicles ), segregasi, konsentris, aliran dan rekahan radier yang mencerminkan proses pendinginan dan pergerakan magma. Pembentukan struktur di dalam endapan atau batuan bertekstur klastika ( misalnya piroklastika dan epiklastika ) lebih mengikuti hukum batuan sedimen ( proses pengendapan ), misalnya struktur melensa, membaji, dunes, antidunes, dan lain-lain. Penjelasan tersebut menyiratkan agar batuan gunung api sebaiknya tidak dipaksakan untuk masuk jenis batuan beku atau batuan sedimen, tetapi lebih baik dipandang sebagai kelompok tersendiri yang berada didaerah transisi antara kedua jenis batuan utama tersebut. Hal itu sejalan dengan proses volkanisme, yang berada di antara proses magmatisme, yang lebih banyak membahas batuan beku intrusi dalam ( pluton ), dengan proses pengendapan yang titik beratnya mempelajari batuan sedimen.

Kegiatan erupsi gunung api, selain menghasilkan bentuk dan struktur gunung api juga menghasilkan bahan padat, endapan atau batuan gunung api. Gunung api yang sedang meletus akan memuntahkan dan atau melemparkan bahan hamburan atau pecahan dari dalam perut bumi ke permukaan bumi. Endapan gunung api meliputi :
  • Endapan jatuhan piroklastika ( pyroclastic fall deposits ), adalah bahan piroklastika yang terlempar dari dalam kawah gunung api dan kemudian jatuh bebas hingga membentuk endapan.
  • Endapan aliran piroklastika ( pyroclastic flow deposit ), adalah bahan piroklastika yang merupakan campuran bahan padat dan gas, dan mengalir menuruni lereng gunung api dengan cepat dan bersuhu tinggi, bergumpal-gumpal menyerupai arus turbulen.
  • Endapan hembusan (pyroplastic surge ), adalah bahan piroklastika yang mekanisme transportasinya secara dihembuskan atau disemburkan.
Bahan fragmen yang langsung berasal dari magma ( primary magmatic materials ) yang tersebut di atas oleh Schmid (1981 ) disebut piroklastika (pyroclast ). Di pihak lain, Fisher dan Schmincke (1984) menyebut bahan piroklastika sebagai pyroclastic fragments, yaitu piroklastika yang dihasilkan oleh banyak proses yang berhubungan dengan erupsi gunung api. Sementara itu, Cas dan Wright (1987 ) menyatakan endapan piroklastika sebagai bahan yang terbentuk secara langsung dari fragmentasi magma dan batuan oleh kegiatan letusan gunung api. Endapan bahan hamburan piroklastika ini dikenal sebagai tefra. Bahan hamburan piroklastika dibagi menjadi tiga macam berdasarkan asal bahan yaitu :
  • Bahan juvenil atau esensi ( juvenile or essential materials), adalah bahan yang langsung berasal dari magma yang sedang bererupsi, terdiri dari batuan, gelas gunung api, atau kristal yang terbentuk dalam magma sebelum erupsi.
  • Bahan aksesori ( cognate atau accessory ), adalah fragmen batuan gunung api yang terbentuk pada erupsi sebelumnya ( co-magmatic origin ) yang dierupsikan kembali.
  • Bahan asing (accidental materials ), adalah fragmen batuan asing yang berasal dari batuan dasar atau basemen di bawah tubuh gunung api. Dengan demikian fragmen ini dapat berasal dari aneka jenis batuan.
Produk kegiatan gunung api letusan berumur Paleogen-Neogen banyak dijumpai dibagian selatan Pulau Jawa, tepatnya di Pegunungan Selatan Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Hamparan bahan piroklastikan ini dikelompokkan ke dalam formasi Mandalalika, Formasi Nglanggran, dan Formasi Semilir ( Surono, et al. 1992; Hartono, 2000; Hartono dan Mulyono,2007; Hartono dan Bronto,2009).

Kegiatan gunung api meleleh menghasilkan aliran lava, kubah lava, dan kerucut spater. Disamping itu kegiatan magma dibawah permukaan atau di dalam tubuh gunung api membentuk batuan beku intrusi dangkal berupa retas (dike), still, kubah magma bawah permukaan (cryptodome) dan leher gunung api (volcanic neck ). Penjelasan batuan produk erupsi lelehan sebagai berikut :
  • Aliran lava (lava flow ), adalah magma yang keluar dari kawah gunung api dan mengalir mengikuti lembah lereng gunung api. Jauh dekatnya aliran lava secara umum tergantung pada komposisinya ( Tabel 5.3 ). Berdasarkan kenampakan fisiknya, aliran lava dibagi menjadi :
  • Aliran lava pahoehoe ( pahoehoe lava flows); dicirikan antara lain mempunyai permukaan halus, licin bergelombang, dan bertekstur gelas. Struktur bekas lubang gas (vesicles) sangat banyak dan berbentuk elip ( Gambar 5.9).
  • Aliran lava aa ( aa lava flows); dicirikan permukaan sangat kasar baik dibagian ujung dan dasar aliran. Hal ini berhubungan dengan penyusunnya yang terdiri dari fragmen-fragmen lava berbentuk menyudut dan berdiameter kurang dari 50 cm. Struktur fragmen tersebut karena pendinginan sangat cepat sehingga terjadi pengerutan dan pecah-pecah ( Gambar 5.10)
  • Aliran lava bantal ( Pilow lava flows); merupakan aliran lava basal yang khas terbentuk didasar samudera, khususnya di daerah pemekaran kerak samudera. Aliran lava ini dicirkan oleh bentuk aliran menyerupai bantal, bulat panjang, permukaan halus dan licin membentuk kulit gelas ( glassy skin ) karena pembekuan sangat cepat sebagai akibat bersentuhan dnegan air laut yang dingin. Tubuh aliran lava satu dengan yang laiinya saling menindih, mempunyai struktur konsentris dan retakan radier. Di pihak lain, struktur bantal terbentuk sebagai akibat dari kecepatan mendingin (flow rate ) lawan kecepatan mendingin ( cooling rate ) ( Gambar 5.11; Anonim, 2002 ). Aliran lava bantal ini banyak dijumpai di Pegunungan Selatan, Yogyakarta ( Gambar 5.12 ), Jawa Tengah dan Jawa Timur ( Hartono, et al. 2008 ; Bronto, et al. 2008; Hartono dan Bronto, 2009b ) dan di Sukabumi Jawa Barat ( Gambar 5.13 ).
  • Aliran lava bongkah (block lava flow ); dicirikan dibagian luar terdiri dari bongkah-bongkah batuan beku meruncing, berdiameter antara 3-5 m.
adikjenius.xyz
Lava

Aliran lava yang terbentuk dilingkungan air ( laut ) membentuk hyaloclastite, yaitu breksi autiklastika betekstur gelas dibagian tepi atau permukaan dari tubuh batuan beku luar, baik aliran lava maupun kubah lava yang terbentuk sebagai akibat adanya fragmentasi noneksplosif karena pendinginan yang sangat cepat.

Kubah lava dapat terbentuk bilamana magma yang keluar dari kawah bersifat kental ( viskositas tinggi ) sehingga hanya menumpuk di atas lubang kepundan atau menutupi lubang kawah membentuk bukit atau kubah batuan beku sebagai contoh kubah lava yang terbentuk di Gunung Kelud, Kediri, Jawa Timur ( Gambar 5.14).

Erupsi gunung api selain menghasilkan aliran lava, dan kubah lava juga menghasilkan kerucut spater. Kerucut gunung api ini terbentuk sebagai hasil lontaran sangat lemah dari cairan magma sangat encer ( viskositas rendah ) yang menumpuk di sekitar lubang kawah hingga membentuk bukit atau gunung. Batuan yang terbentuk merupakan fragmen batuan beku yang saling terelaskan, bertekstur gelas dan berkomposisi basal. Kegiatan gunung api ini umum dijumpai di Hawaii.


Penamaan Batuan Gunung Api

Bronto ( 2001 ) memberikan suatu pedoman dasar bahwa sebelum memberi nama terhadap suatu batuan maka pada tahap pertama dan utama harus dilakukan deskripsi atau pemerian. Nama batuan yang hanya didasarkan pada deskripsi atau pemerian. Nama batuan yang hanya didasarkan pada deskripsi terhadap batuan atau obyek sebagaimana adanya ( objective description ) disebut penamaan secara deskripsi (deskriptive terms ). Jika data deskripsi tersebut digunakan untuk menganalisis asal-usul kejadian batuan (genesis ) dan hasil analisis itu digunakan sebagai dasar untuk memberikan nama batuan maka hal ini disebut penamaan secara deskripsi diatukan dengan penamaan secara genesis maka hal itu disebut penamaan secara kombinasi deskripsi dan genesis.

Dalam melakukan deskripsi dan penamaan batuan juga memperhatiakan metode pendekatan yang secara garis besar dibagi menjadi tiga, yaitu :
  • Pendekatan secara mata telanjang (megaskopis );
  • Pendekatan secara mikroskopik; dan
  • Pendekatan secara kimia.
Pendekatan secara mata telanjang dilakukan dilapangan atau terhadap contoh setangan ( hand specimen ). Baik deskripsi maupun penamaan secara megaskopis masih bersifat pendahuluan yang ini perlu dimantapkan dengan pengamatan secara mikroskopik dan atau analisis kimia.


Penamaan Batuan Secara Deskripsi

Dalam penamaan batuan secara deskripsi, sebagai parameter umum deskripsi adalah warna, tekstur, struktur, dan komposisi. Tekstur mencakup antara lain bentuk dan ukuran butir atau kristal, hubungan antara butir atau kristal, pemilahan dll. Dalam kaitannya dengan batuan gunung api, struktur yang terbentuk lebih mencerminkan proses pendinginan secara cepat dari magma menjadi batuan beku dan proses pengendapan. Komposisi dapat secara mineralogi atau kimia. Secara mineralogi, komposisi batuan dapat tersusun oleh mineral atau kristal, fosil, fragmen batuan dan matriks atau masa dasar.

Untuk memberikan nama batuan secara deskripsi dapat hanya menggunakan salah satu parameter. Biasanya, hal ini dipilih yang paling mudah dikenali. Penamaan batuan hanya berdasar satu parameter ( komposisi ) misalnya, batuan yang secara mineralogi hanya tersusun oleh kalsit, atau secara kimia hanya berkomposisi kalsium karbonat ( CaCO3 ) dinamakan batugamping. Penamaan batuan berdasar parameter contohnya, batuan gunung api berwarna bau-abu, bertekstur hipokristalin porfiri, berstruktur berlubang, serta berkomposisi fenokris feldspar-plagioklas, piroksen dan masa dasar gelas gunung api dinamakan andesit. Nama  tambahan dapat disebutkan bila ada parameter yang paling menonjol, misalnya yang menonjol genokris piroksen, sebarannya merata dan kelimpahannya mencapai lebih dari 10% maka batuan tersebut dapat dinamakan andesit piroksen. Apabila yang menonjol adalah kenampakan tekstur porfiri dapat dinamakan andesit porfiri. Jika yang menononjol kenampakan struktur, misalnya struktur masif, maka dinamakan andesit masif.

Batuan gunung api dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu lava koheren ( coherent lavas ) dan batuan klastika gunung api ( volcaniclastic rocks ). Lava koheren pada hakikatnya adalah batuan beku ( masif ), yaitu magma yang membeku di dekat permukaan ( batuan beku intrusi dangkal ) dan magma yang membeku di permukaan ( batuan beku luar ). Batuan klastika gunung api adalah seluruh batuan gunung api yang mempunyai tekstur klastika atau yang tersusun oleh bahan butiran asal kegiatan gunung api.

Dalam melakukan deskripsi dan penamaan secara deskripsi terhadap lava koheren kita mengacu pada dasar-dasar petrologi batuan beku ( luar ) dimana parameter pokok deskripsi adalah warna, tekstur, struktur dan komposisi. Sebagaimana halnya warna batuan gunung api pada umumnya, maka warna lava koheren juga sangat beragam terpengaruh oleh komposisi kimia dan mineral penyusunnya, mulai dari warna gelap umumnya untuk batuan berkomposisi basa, abu-abu untuk batuan berkomposisi intermediet dan warna terang untuk batuan berkomposisi asam. ( Tabel 5.4 ) memberikan deskripsi dan penamaan lava koheren secara megaskopis .

Berdasarkan komposisi kimia, dalam hal ini persentase berat oksida silika, lava koheran dapat diklasifikasikan menjadi basal, andesit basa, andesit, dasit dan riolit ( Tabel 5.5 ). Berdasarkan persentase berat SiO2 Versus K2O ( Peccerillo & Taylor, 1976; Ewart, 1982 ), batuan tersebut dibagi menjadi batuan toleiit ( miskin kalium ), batuan Calc-alkaline ( kalium menengah ) dan batuan alkalin ( alkali tinggi ).

Batuan klastika gunung api adalah batuan gunung api yang mempunyai tekstur klastika. Secara deskripsi, terutama tekstur ( bentuk dan ukuran butir ), batuan klastika gunung api dapat berupa breksi gunung api ( volcanic breccias), konglomerat gunung api ( volcanic conglomerate ), batu pasir gunung api ( volcanic sandstone ), dan batulempung gunung api ( volcanic claystones ). Perlu ditegaskan disini bahwa penggunaan kata 'pasir', 'lanau' dan 'lempung' hanyalah menunjukan ukuran butir, tidak secara langsung mencerminkan sebagai batuan sedimen epiklastika. Nama-nama tersebut dapat ditambah dengan parameter kemas (febric), sortasi (pemilahan), sebagai bagian dari pemerian tekstur, warna, struktur dan atau komposisi tergantung aspek mana yang menonjol dan mudah dikenali. Sebagai contoh, apabila fragmen di dalam fragmennya dominasi oleh andesit dan tidak berstruktur ( masif ), batuan itu dapat saja dinamakan breksi andesit masif. Jika di dalam batupasir gunung api yang sangat menonjol adalah struktur berlapis, batuan itu dapat dinamakan batupasir gunung api berlapis ( bedded volcanic sandstones ).


Penamaan Batuan Secara Genesis

Penamaan batuan secara genesis mempunyai parameter analisis terhadap sumber atau asal batuan, proses pembentukan batuan, umur batuan dan lingkungan pengendapan batuan. Untuk batuan gunung api masa kini atau setidak-tidaknya berumur Kuarter, masalah sumber sudah sangat jelas sehingga biasanya tidak dipersoalkan sudah sangat jelas sehingga biasanya tidak dipersoalkan lagi, misalnya batuan gunung api di daerah Kaliurang dan Pakem, Kabupaten Sleman bersumber dari kawah G. Merapi disebelah utaranya. Namun untuk batuan gunung api yang lebih tua, misalnya berumur Tersier di Pegunungan Selatan, Kabupaten Gunungkidul, masalah sumber masih memerlukan penelitian secara cermat.

Proses pembentukan gunung api, atau secara umum proses volkanisme, dapat diamati pada gunung api aktif masa kini atau yang pernah meletus dalam sejarah. Berdasar data geofisika dan geokimia kita dapat mengamati pergerakan magma dari dalam bumi kepermukaan secara real time. Secara mata kepala sendiri ( visual observation ) kita dapat melihat bentuk dan kegiatan magma pada saat keluar ke permukaan bumi yang dikenal sebagai erupsi gunung api. Demikian pula setelah bahan padat hasil erupsi gunung api tersebut membeku atau mengendap, kita dapat mendekati dan mendeskripsi secara secara rinci. Dengan demikian dari kegiatan gunung api aktif masa kini pertama-tama kita dapat mengetahui genesisnya yang meliputi sumber, proses, waktu kejadian, lingkungan asal dan lingkungan pengendapan, kemudian melakukan deskripsi terhadap batuan yang terbentuk secara rinci. Data deskripsi secara rinsi itulah yang digunakan sebagai dasar untuk menganalisis batuan gunung api yang lebih tua dala rangka memberi nama batuan secara genesis. Metode ini sebenarnya merupakan penerapan salah satu prinsip geologi, yakni The present is the key to the past. Berhubung hampir selalu dapat mengamati proses erupsi gunung api, proses pembekuan dan proses pengendapan bahan erupsi, serta pengetahuan itu sangat bermanfaat bagi kepentingan sosial masyarakat maka dalam menamakan endapan atau batuan gunung api para ahli gunung api lebih menitikberatkan pada penamaan secara genesis daripada penamaan secara deskripsi. Sebagai contoh nama-nama aliran lava, awan panas dan lahar.


Penamaan Batuan Secara Kombinasi

Penamaan batuan gunung api secara kombinasi deskripsi dan genesis bukan masalah yang berarti bila sudah diketahui nama secara deskripsi dan genesis. Sebagai contoh, jika secara deskripsi bernama andesit, secara genesis bersumber dari gunung api merapi, proses dan bentuk erupsinya berupa kubah lava, maka nama kombinasinya dapat disebut kubah lava andesit G. Merapi. Secara geologi dan pada batuan gunung api tua, karena sumbernya belum diketahui secara pasti maka penamaannya dapat menggunakan nama geografi atau tempat dimana batuan itu tersingkap sangat baik, misalnya alian lava bantal basal piroksen Watuadeg. Ini mengandung arti proses erupsinya secara mengalir (berupa aliran lava ), berbentuk atau berstruktur bantal ( sekaligus mencerminkan kejadiannya di dalam air ), berkomposisi basal piroksen dan tersingkap sangat baik di dusun Watuadeg.


Referensi ( buku Petrologi Batuan Beku dan Gunung Api  :  Hiltrudis Gendoet Hartono )

Tidak ada komentar:

Cari Pembahasan Lainnya ?

close