Gunung Api
Gunung api merupakan salah satu kekayaan yang dipunyai Negara Indonesia, karena hasil peneltian menyebutkan bahwa gunung aktif di Indonesia berjumlah 129 buah atau menempati 13-17% dari jumlah seluruh gunung api aktif di dunia. Disisi lain, keberadaan gunung api aktif di Indonesia merupakan bagian dari lingkaran gunung api yang muncul di tepi-tepi Samudera Pasifik atau sering disebut sebagai cincin api pasifik ( Ring of Fire on Pacific Rims ).
Di Indonesia gunung api tersebar mulai dari barat ketimur meliputi Pulau Sumatera, Pulau Jawa, Kepulauan Nusa Tenggara, Kepulauan Banda, Kepulauan Halmahera, dan Sulawesi Utara hingga Kepulauan Sangir-Talaud. Rangkaian dari kemunculan gunung api sering disebut sebagai busur gunung api. Sehubungan dengan hal ini dikenal empat busur gunung api aktif yaitu :
Gunung api merupakan salah satu kekayaan yang dipunyai Negara Indonesia, karena hasil peneltian menyebutkan bahwa gunung aktif di Indonesia berjumlah 129 buah atau menempati 13-17% dari jumlah seluruh gunung api aktif di dunia. Disisi lain, keberadaan gunung api aktif di Indonesia merupakan bagian dari lingkaran gunung api yang muncul di tepi-tepi Samudera Pasifik atau sering disebut sebagai cincin api pasifik ( Ring of Fire on Pacific Rims ).
Di Indonesia gunung api tersebar mulai dari barat ketimur meliputi Pulau Sumatera, Pulau Jawa, Kepulauan Nusa Tenggara, Kepulauan Banda, Kepulauan Halmahera, dan Sulawesi Utara hingga Kepulauan Sangir-Talaud. Rangkaian dari kemunculan gunung api sering disebut sebagai busur gunung api. Sehubungan dengan hal ini dikenal empat busur gunung api aktif yaitu :
- Busur gunung api Sunda
- Busur gunung api Banda
- Busur gunung api Halmahera
- Busur gunung api Sulawesi Utara-Kepulauan Sangihe.
Pertanyaan yang mungkin muncul adalah bagaimana dengan busur gunung api sebelumnya atau yang berumur Paleogen- Neogen, bahkan berumur Kapur di Indonesia ? Jawaban pertanyaan ini dapat dirunut berdasarkan Gambar 5.2, walaupun kedudukan setiap titik erupsi pubanya belum diketahui secara pasti. Hal inilah yang kemungkinan menjadikan tantangan bagi ahli-ahli kebumian ke depan dan tentunya harus dilandasi dengan pemahaman proses gunung api dan produknya secara terpadu.
Secara umum kemunculan gunung api dikontrol oleh gerak-gerak tektonik kerak bumi ( Gambar 5.3 ) berdasarkan konsep tektonik lempeng ( plate Tectonic Theory ) kemunculan gunung api dapat dibagi menjadi lima kelompok, yaitu :
- Gunung api yang muncul di pemekaran kerak tengah samudera ( Mid ocean ridge basalt = MORB / Oceanic floor basalt = OFB ). Contoh gunung api di Iceland dan The Reunion.
- Pulau gunung api lautan ( Ocean island volcano), contoh gunung api di Hawaii.
Gambar 5.2. Jalur subduksi dan busur gunung api di Indonesia bagian barat yang menunjukkan arah umum barat-timur (diambil dari Asikin, 1974 dan Katili, 1975 )._Sumber : Geologi-Pertambangan |
- Gunung api yang muncul di pemekaran kerak benua ( Mid continental volcanic ridge ). Contoh gunung api di Ethiopian rift dan Graben Rhine.
- Gunung api di tepi benua ( Continental margin volcanic arcs ) . Contoh gunung api di Indonesia Jepang, Filiphina, New Zealand, dan di Amerika Serikat.
- Gunung api di batas kerak samudera ( Ocean plates boundry ). Contoh gunung api di Kepulauan Mariana.
Erupsi Gunung Api
Erupsi gunung api adalah proses keluarnya maga dari dalam ke permukaan bumi. Pernyataan proses keluarnya magma merujuk pada pergerakan magma yang dapat berhenti di dekat permukaan bumi ( shallow intrusions atau sub-volcanic intrusions ) dan magma yang dapat mencapai permukaan bumi ( ekstrusive ). Magma yang berhenti dan membeku di dekat permukaan ( ekstrusive ). Magma yang berhenti dan membeku di dekat permukaan bumi membentuk batuan beku terobosan berupa retas, sill, cryptodomes dan leher gunung api, sedangkan magma yang benar-benar keluar di permukaan bumi membentuk batuan beku luar ( aliran lava, kubah lava ), breksi dan tuf ( Gambar 5.4 ). Kegiatan gunung api ekstrusi dapat berupa letusan maupun tipe meleleh.
Kegiatan erupsi gunung api selalu mempunyai kecenderungan untuk mengeluarkan bahan yang ada di dalam perut bumi dan bahan yang dilewati selama erupsi. Berdasarkan asal - usul bahan hasil kegiatan, erupsi gunung api dibagi menjadi :
- Erupsi magmatik ( magmatic eruption ), bahan yang dihasilkan berasal langsung dari magma ( primary eruptive products ).
- Erupsi freatik ( phreatic eruption, hydrovolcanic eruption, hydroclastic ekplotion ), bahan yang dihasilkan berasal dari batuan yang sudah ada sebelumnya ( wall rocks, country rocks ).
- Erupsi freatomagmatik ( phreatomamatic explotion, hydromagmatic explotion ), bahan yang dihasilkan sebagian besar berasal dari batuan lama dan sebagian kecil dari bahan magma.
- Erupsi lelehan ( effusive eruption ) adalah keluarnya magma kepermukaan bumi secara meleleh. Hasil kegiatannya dapat membentuk aliran lava dan kubah lava.
- Erupsi letusan ( explosive eruption ) adalah keluarnya magma ke pemukaan bumi secara meletus. Hasil kegiatannya berupa bahan klastika pecahan, butiran gunung api, berbutir halus berupa abu gunung api hingga berbutir kerakal atau bongkah berupa bom atau blok gunung api ( Gambar 5.5 ).
- Kombinasi erupsi lelehan dan erupsi letusan adalah erupsi berselang-seling atau secara bergantian antara erupsi lelehan dan erupsi letusan dengan selang fase istirahat.
Mekanisme erupsi secara meletus disebabkan oleh tingginya tekanan gas yang terkandung di dalam magma. Magma yang berkomposisi basal mempunyai kandungan gas sedikit maka tekanan gasnya juga rendah. Oleh sebab itu, erupsi yang terjadi akan bersifat meleleh. Sebaliknya magma berkomposisi asam mempunyai kandungan gas banyak, maka tekanan gasnya juga tinggi, sehingga erupsi yang terjadi akan bersifat meletus.
Newhall dan self ( 1982 ) mengusulkan cara penilaian besarnya letusan gunung api dengan istilah Indeks Letusan Gunung Api ( Volcanic Explosivity Index= VEI ) yang diberi nilai dari 0 sampai 8. VEI bernilai 0 artinya erupsi meleleh (effusive eruption), VEI bernilai 1 artinya tingkat letusan lemah, VEI bernilai 2 artinya tingkat letusan menengah ( explosive eruption ), VEI bernilai 3 artinya tingkat letusan menengah-besar, VEI 4 artinya tingkat letusan besar dan jika VEI bernilai 5 atau lebih letusan gunung apinya dikelompokkan sangat kuat ( Tabel 5.1).
Jenis erupsi gunung api, komposisi magma, viskositas magma, dan berbagai produk batuan gunung api berhubungan erat dengan periode pembangunan ( contructive period) dan periode perusakan (destructive period) tubuh gunung api. Kedua periode ini membentuk bentang alam gunung api dari bentuk tinggian sampai dengan bentuk cekungan, dari ukuran yang sangat kecil hingga ukuran yang sangat besar.
Bentuk gunung api identik dengan kenampakan bentang alam gunung api, sedangkan struktur gunung api menekankan pada kenampakan dalam dari setiap bentuk bentang alam gunung api. Simkin et al. (1981) menyatakan bahwa bentuk bentang alam gunung api dipengaruhi oleh tipe erupsinya, sedangkan tipe erupsi tergantung pada faktor komposisi, viskositas, dan kandungan gas magma. Bentang alam gunung api sangat beragam mulai dari bentuk tinggian sampai bentuk cekungan, dalam ukuran sangat kecil, berdiameter dan mempunyai tinggian dalam beberapa puluh meter saja. Hingga ukuran yang sangat besar, berdiameter puluhan kilometer dan ketinggian lebih dari 5000 meter ( Gambar 5.6 ).
Gunung api yang umum dijumpai di Indonesia adalah berbentuk kerucut komposit atau kerucut strato tunggal yang tersusun oleh stratifikasi batuan beku luar dan tefra, serta kadang-kadang diterobos oleh batuan beku intrusi dangkal. Gunung api berbentuk kerucut komposit terbentuk selam periode pembangunan gunung api.
Ferari ( 1995 ) melakukan penelitian tentang lama hidup dan waktu istirahat gunung api di seluruh dunia ( Tabel 5.2). Hasil penelitiannya menyebutkan bahwa gunung api komposit berkomposisi asam hingga menengah ( S-I) mempunyai lama hidup rata-rata 600 ribu tahun dan waktu istirahat rata-rata selama 309 tahun, sedangkan gunung api kaldera tunggal mempunyai lama hidup maksimum 3,8 juta tahun dan waktu istirahat minimum 1,467 tahun. Gunung api monogenesa yang hanya tersusun oleh satu jenis batuan mampu hidup selama 5,7 juta tahun.
Fase erupsi saja, sehingga waktu hidupnya relatif pendek dan ukurannya relatif kecil. Sebaliknya, gunung api poligenesa ( polygenetic volcano ) adalah gunung api yang terbentuk oleh banyak erupsi atau perulangan erupsi, di mana fase erupsi atau dengan lainnya dipisahkan oleh waktu istirahat panjang dan sering melibatkan berbagai jenis magma. Gunung api komposit, gunung api jamak, kompleks gnung api, dan gunung api kaldera termasuk gunung api poligenesa.
Bentuk tubuh gunung api komposit yang dibangun oleh perselingan berbagai jenis batuan gunung api membentuk suatu keteraturan-keteraturan sesuai jarak pengendapan dari pusat erupsinya. Williams dan Macbirney ( 1979 ) membagi sebuah kerucut gunung api komposisi menjadi tiga zona ( Gambar 5.7 ), yakni zona pusat ( central zone di dalam sekitar 0,5 hingga 2 km zona pusat ), zona proksi ( proksimal zone, di atas 3 hingga 15 km dari zona pusat ), zona distal ( distal zone; lebih dari pada 5 hingga 15 dair zona pusat ). (1) zona pusat disusun oleh intrusi dan kubah lava; (2) zona proksi disusun oleh aliran lava dan bahan piroklastika; (3) zona distal disusun oleh material hasil pengerjaan ulang bahan asal gunung api.
Di pihak lain, Vessel dan Davies ( 1981 ) mengembangkan, mendeskripsi karakteristik dan distribusi fasies gunung api komposit di lingkungan darat ( G. Fuego , Guatemala ). Diperkenalkan olehnya fasies klastika gunung api proksimal, medial dan distal ( Gambar 5.8 ) yang dapat digunakan sebagai model untuk mengidentifikasi endapan-endapan purba. Fasies pusat gunung api disusun oleh lava, endapan jatuhan ( endapan blok dan aliran abu ) dan breksi koluvium; fasies proksimal disusun oleh breksi gunung api dan endapan jatuhan; fasies medial disusun oleh endapan lahar ( endapan aliran rombakan ) dan konglomerat fluvial dengan beberapa endapan jatuhan, dan fasies distal dikuasai oleh endapan pasir fluvial, breksi dan konglomerat yang berhubungan langsung dengan garis pantai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar