BATU GAMPING
1. Pengertian Batugamping
2. Deskripsi Batugamping
2.1 Contoh deskripsi batugamping
2.2 Contoh deskripsi batugamping secara mikroskopis ( Gambar 2.2)
3.1 Batugamping terbentuk dengan beberapa cara, yaiutu :
a. Secara Organik
b. Secara mekanik
Batugamping yang terbentuk secara mekanik terjadi tidak terlalu jauh dari sumber, yang membedakan dengan batugamping terbentuk secara organik yaitu terjadinya perombakan dari bahan batukapur tersebut yang kemudian terbawa oleh arus dan biasanya diendapkan tidak jauh dari tempat semula.
c. Secara kimia
Pembentukan batugamping secara kimia yaitu jenis batugamping yang terjadi dalam kondisi iklim dan suasana lingkungan tertentu dalam air laut ataupun air tawar.
3.2 Pembentuakan batugamping menurut Landes (1959)
Selain dipengaruhi oleh lingkungan laut dangkal dan tanpa adanya pengendapan material asal daratan, pembentukan batuan karbonat membutuhkan lingkungan pengendapan dengan syarat-syarat khusus sebagai berikut :
1. Pengertian Batugamping
- Batugamping merupakan batuan sedimen yang terdiri dari mineral kalsit dan aragonit yang merupakan dua varian yang berbeda dari mineral kalsit dan aragonit, yang merupakan dua varian yang berbeda dari CaCO3(kalsium karbonat). Sumber utama dari calcite adalah organisme laut. Organisme ini mengeluarkan shell yang keluar ke air dan terdeposit di lantai samudra sebagai ooze pelagik.
- Batugamping biasa disebut dengan istilah batukapur, atau limestone. Batugamping paling sering di perairan laut dangkal. Batu ini juga dapat menjadi batuan sedimen kimia yang terbentuk oleh pengendapan kalsium karbonat dari air danau maupun air laut.
- Batuan karbonat adalah batuan dengan kandungan material karbonat lebih dari 50 % yang tersusun atas partikel karbonat klastik yang tersemenkan atau karbonat kristalin hasil presipitasi langsung (Rejers & Hsu, 1986).
- Bates & Jackson (1987) mendefinisikan batuan karbonat sebagai batuan yang komponen utamanya adalah mineral karbonat dengan berat keseluruhan lebih dari 50 %. Sedangkan batuan karbonat yang kandungan material karbonatnya lebih dari 90% adalah batugamping. Pengklasifikasian bukan dari komposisi mineral, tetapi lebih berat kepada tekstur daripada batuan karbonat tersebut.
Gambar 1.1. Kenampakan batugamping |
2. Deskripsi Batugamping
2.1 Contoh deskripsi batugamping
- Warna : Putih Kecoklatan, putih keabuan
- Kilap : Kaca dan tanah
- Goresan : Putih sampai putih keabuan
- Bidang belahan : Tidak teratur
- Pecahan : Uneven
- Kekerasan : 2,7 - 3,4 Skala mohs
- Berat jenis : 2,387 Ton/m3
- Tenacity : Keras, kompak, sebagian berongga
Gambar 2.1. Kenampakan batugamping secara megaskopis |
2.2 Contoh deskripsi batugamping secara mikroskopis ( Gambar 2.2)
Gambar 2.2 . Contoh deskripsi secara mikroskopis batugamping. |
3.1 Batugamping terbentuk dengan beberapa cara, yaiutu :
a. Secara Organik
Sebagian besar batugamping di alam terjadi secara organik, jenis ini berasal dari pengendapan cangkang atau rumah kerang dan siput, foraminifera atau ganggang berasal dari kerangka binatang koral/kerang.
b. Secara mekanik
Batugamping yang terbentuk secara mekanik terjadi tidak terlalu jauh dari sumber, yang membedakan dengan batugamping terbentuk secara organik yaitu terjadinya perombakan dari bahan batukapur tersebut yang kemudian terbawa oleh arus dan biasanya diendapkan tidak jauh dari tempat semula.
c. Secara kimia
Pembentukan batugamping secara kimia yaitu jenis batugamping yang terjadi dalam kondisi iklim dan suasana lingkungan tertentu dalam air laut ataupun air tawar.
3.2 Pembentuakan batugamping menurut Landes (1959)
Selain dipengaruhi oleh lingkungan laut dangkal dan tanpa adanya pengendapan material asal daratan, pembentukan batuan karbonat membutuhkan lingkungan pengendapan dengan syarat-syarat khusus sebagai berikut :
- Dasar laut yang relatif datar dan stabil
- Kedalaman laut yang dangkal
- Suhu air yang relatif hangat ( kurnag lebih 38 derajat celcius )
- Ombak yang tidak begitu besar
- Tidak ada arus yang besar dan kuat
- Kegaraman air laut sekitar 13 % ( permil )
4. Klasifikasi Batugamping
4.1. Klasifikasi batugamping (Dunham, 1962)
Batugamping termasuk batuan sedimen. Batugamping ini dapat diklasifikasikan salah satunya adalah klasifikasi Dunham (1962) ini dilihat secara megaskopis yang mana dia mengamati indikasi adanya pengendapan batugamping yang ditunjukkan oleh tekstur hasil pengendapan yaitu limemud(nikrit) semakin sedikit nikrit semakin besar energi yang mempengaruhi pengendapannya.
Menurut klasifikasi Dunham batugamping dibagi atas :
a. Mud stone (Mud supported)
Batuan ini termasuk kedalam jenis batuan sedimen non klastik dengan warna segar putih abu-abu dan warna lapuknya adalah putih keclokatan. Batuan ini bertekstur non klastik dengan komposisi kimia karbonat dan strukturnya tidak berlapis.
4.1. Klasifikasi batugamping (Dunham, 1962)
Batugamping termasuk batuan sedimen. Batugamping ini dapat diklasifikasikan salah satunya adalah klasifikasi Dunham (1962) ini dilihat secara megaskopis yang mana dia mengamati indikasi adanya pengendapan batugamping yang ditunjukkan oleh tekstur hasil pengendapan yaitu limemud(nikrit) semakin sedikit nikrit semakin besar energi yang mempengaruhi pengendapannya.
Menurut klasifikasi Dunham batugamping dibagi atas :
a. Mud stone (Mud supported)
Batuan ini termasuk kedalam jenis batuan sedimen non klastik dengan warna segar putih abu-abu dan warna lapuknya adalah putih keclokatan. Batuan ini bertekstur non klastik dengan komposisi kimia karbonat dan strukturnya tidak berlapis.
Salah satu contoh dari batuan karbonat adalah kalsilutit (Grbau) atau mundtone(Dunham). Batuan ini mempunyai nama yang berbeda, karena dari klasifikasi yang digunakan dengan interpretasi yang berbeda, batuan ini dinamakan kalsilutit, karena batuan ini merupakan batuan karbonat dan menurut klasifikasi Dunham nama dari batuan ini adalah mudstone, karena batuan ini mempunyai kesan butiran kurang dari 10 % dan pada batuan ini tidak ditemukan adanya fosil.
Tekstur dari batuan ini adalah non kristalin, karena mineral penyusunnya tidak berbentuk kristal, dengan memperhatikan tekstur batuan ini dapat disimpulka bahwa batuan ini terbentuk dari adanya pelarutan batuan asal yang merupakan material-material penyuplai terbentuknya batuan ini, adapun batuan asal dari batuan ini adalah seperti pelarutan terumbu karang. Selain itu proses pembentukan batuan ini adalah pengerusan gamping yang telah ada misalnya penghancuran terumbu karang oleh gelombang, atau dari pengendapan lansung secara kimia air laut yang kelewat jenuh akan CaCO3. Proses litifikasi dari batuan ini melibatkan pelarutan mineral-mineral karbonat yang stabil maupun yang tidak stabil, dalam pengertian luas diagenesa meliputi perubahan mineralogi, tekstur, kemas, dan geokimia sedimen dan temperatur serta tekanan yang rendah.
Litifikasi sedimen karbonat dapat terjadi pada sedimen yang tersingkap, maupun yang masih berada didalam laut, proses terbentuknya batuan ini berlangsung berlahan-lahan dan bertingkat-tingkat, dimana batas antar tingkatan tidak jelas, bahkan dapat saling melingkup, tingkatan tersebut adalah penyemenan, pelarutan, pengendapan, perubahan mineralogi butir-butir dan rekristalisasi. Keterdapatan batuan ini biasanya dapat ditemukan disekitar pinggiran pantai, adapun asosiasi dari batuan ini adalah batupasir karbonatan dan packtone. Adapun kegunaan dari batuan ini adalah sebagai reservoir dalam pencarian minyak bumi.
b.Weckestone (Mud supported)
Weckestone merupakan batuan sedimen karbonat dengan kandungan fragmennya lebih besar dari 10 % dari masa batuan itu sendiri. Fragmen yang terdapat dalam batuan ini dibalut oleh lumpur karbonat sebagai matriksnya dan fragmen-fragmen yang ada mengambang di dalam matriksnya tanpa ada persinggungan antar masing-masing fragmennya.
c. Packstone ( Grain supported )
Packstone mrupakan jenis batuan karbonat yang memiliki kandungan fragmen yang lebih banyak dibandingkan dengan mudstone dan weckstone. Artinya batuan ini mengandung banyak fragmen sehingga memungkinkan fragmennya akan bersinggungan di dalam matriks lumpur. Butirannya berkisar pada ukuran 2 mm hinga 0,064
d. Grainstone ( Grain supported )
Batuan karbonat jenis ini hampir memiliki kesamaan dengan batuan pckstone, hanya saja dalam batuan ini telah hampir didominasi oleh kandungan fragmen, sehingga lumpur yang terakumulasi dalam batuan ini sangat sedikit sekali, bahkan dalam beberapa jenis batuan ini tidak ditemukan lumpur sama sekali.
e. Boundstone
Batuan jenis boundstone ini merupakan jenis batuan karbonat yang tersusun oleh fragmen batuan sedimen asli berupa organisme seperti karang dan bryozan, dimana dalam beberapa dari jenis batuan ini ditemukan adanya akumulasi lumpur.
f. Crystalline karbonat
Batuan jenis ini merupakan batuan yang tersusun dari kandungan kristal-kristal karbonat tanpa adanya akumulasi dari lumpur maupun fragmen-fragmen sedimen.
4.2 Klasifikasi batugamping menurut Grabau (1904)
Klasifikasi Grabau (1904) didasarkan pada karakteristik sederhana dari suatu batugamping atau batuan karbonat, yaitu ukuran butir penyusunnya. Konsep dari klasifikasi ini didasarkan pada metode umum seperti yang digunakan pada klasifikasi batuan sedimen klastik.
a. Calcirudite, yaitu batugamping yang ukuran butirnya lebih besar dari pada pasir ( >2 mm )
b. Calcarenite, yaitu batugamping yang ukuran butirnya sama dengan pasir ( 1/16 - 2 mm )
c. Calcilutite, yaitu batugamping yang ukuran butirnya lebih kecil dari pasir ( <1/16 mm )
d. Calcipuluerite, yaitu batugamping hasil presipitasi kimiawi, seperti batugamping kristalin
e. Batugamping Organik, yaitu hasil pertumbuhan organisme secara insitu seperti terumbu dan stromatolite.
4.3 Klasifikasi Batugamping menurut Folk (1959)
Klasifikasi ini mendasarkan pada konsep maturitas tekstur dari batuan karbonat, yang melibatkan jenis komposisi batuan tersebut. Perkembangan klasifikasi ini dikarenakan analisa petrografi pada batugamping untuk menentukan lingkungan pengendapan membutuhkan dasar klasifikasi lain yang lebih spesifik. Dengan mengetahui fabrik dari batuan tersebut dapat diinterpretasikan tingkat energi dari pengendapan sedimen ( Tucker, 1990 )
Klasifikasi Folk ( 1959 ) berdasarkan fabrik dan komposisi batuan karbonat yang dibagi menjadi tiga jenis utama yakni butiran (allochem), matriks (micrite), dan semen (sparite). Berdasarkan jenis allochem nya yakni intraklas, ooid, bioklas, dan peloid maka batugamping dibagi menjadi empat kelompok. Sebagai tambahan, batugamping in-situ yang koheren dan mempunyai struktur organik disebut sebagai biolithtes (dimodifikasi oleh Scholle dan Ulmer-Scholle, 2003).
4.4 Klasifikasi batugamping menurut Embri & Klovan (1971)
Klasifikasi ini didasarkan pada karakteristik yang sama dengan klasifikasi Dunham yakni fabrik batuan, tekstur, proporsi kandungan mud dalam batuan, dan kerangka penyusun batuan baik secara mekanik maupun biologi. Pembuatan klasifikasi ini merupakan penyempurnaan klasifikasi Dunham yang sebelumnya tidak membagi boundstone secara spesifik. Boundstone sebagai hasil kerangka organik dari koloni koral dibagi menjadi beberapa penamaan berdasarkan jenis organisme yang menyusunnya. Dengan menggunakan kombinasi tektur dan komposisi, klasifikasi ini dapat memberikan informasi mengenai kondisi pembentukan batuan tersebut ( Tucker, 1990 ).
5. Jenis-Jenis Batugamping
a. Gamping kristalin
Batugamping kristalin terbentuk dari hasil rekristalisasi batugamping klastik, batugamping terumbu, atau batugamping afanitik, dan tidak terbentuk secara langsung dari pengendapan. Proses pembentukan batugamping kristalin terjadi pada saat diagenesis yang disebut neomorphoisme.
b. Batugamping bioklastik
Batugamping bioklastik tersusun oleh cangkang atau fragmen kerangka organisme, umumnya dicirikan oleh fragmen / cangkang lepas terutama jika telah tertransportasi. Penamaan batuan bioklastik umumnya berdasarkan organisme penyusun utama, yaitu :
Batugamping kerangka atau bisa disebut batugamping terumbu adalah suatu bentuk struktur organisme yang dibentuk oleh koloni organisme, tahan terhadap gelombang dan memiliki relief topografi diatas pengendapan sedimen di sekelilingnya. Macam - macam struktur koloni organisme yang dikenal yakni, bank, bioherm, biostrome, dan reef ( terumbu ).
d. Batugamping afanitik
Batugamping afanitik juga sering disebut batugamping mikrokristalin, terdiri dari butir-butir berukuran 0,005 mm sehingga tidak diketahui apakah terdiri dari fragmen halus (pecahan gamping) atau kristal halus. Batugamping afanitik dapat terbentuk dengan beberapa cara, yaitu :
6. Manfaat Batugamping
6.1. Bahan penstabil jalan raya
Selain menggunakan semen ataupun pasir, dalam pembuatan jalan raya kita juga memerlukan batu gamping sebagai penstabilnya. Ini bertujuan agar fondasi jalan raya kuat dan kokoh, bila terkena air hujan, maka jalan raya yang telah dibuat tidak mudah rusak ataupun retak. Dengan menggunakan batu gamping, maka jalan raya tidak banyak mengalami penyusutan saat malam hari ataupun pemuaian berlebih disaat siang hari, sehingga jalan raya akan awet dan bertahan lama.
6.2. Penjernih air
Pada beberapa industri yang membutuhkan air jernih ataupun jika anda melihat kolam renang yang keruh, biasanya orang akan menggunakan batu gamping sebagai campuran untuk menjernihkan air yang keruh tersebut. Sebelumnya untuk membuat penjernih air, batu gamping akan dicampur dengan soda abu berlebih dahulu dan berulah bisa digunakan untuk menjernihkan air. Proses ini biasanya disebut sebagai proses kapur soda, ini karena dalam prosesnya soda abu dicampur dengan batugamping yang mengandung kapur.
6.3. Sebagai pengatur PH tanah
Untuk mengatur PH tanah, jika tanah dirasa memiliki PH rendah, maka untuk menaikan PHnya bisa menambahkan sedikit batugamping yang telah dihancurkan terlebih dahulu pada tanah. Batugamping dapat dapat digunakan sebagai bahan pengkapuran untuk menetralisir keasaman tanah.
6.4. Sebagai pupuk
Batugamping sangat berguna dalam industri pertanian, yaitu dengan menaburkannya pada tanah, maka kandungan kalsium pada tanah akan meningkat dan ini juga merupakan salah satu pupuk alami untuk membuat tanaman subur.
6.5. Bahan keramik
Pemakaian batugamping dalam industri keramik berfungsi sebagai imbuh untuk menurunkan suhu leleh, sehingga pemuaian masa setelah dibakar sesuai dengan pemuaian glasir. Dengan demikian glasir tidak lepas atau retak. Jenis dan jumlah pengotor yang terdapat dalam batugamping merupakan faktor penentu sebagai bahan beku keramik.
6.6. Industri kaca
Pemanfaatan batugamping dalam industri kaca adalah sebagai bahan tabahan. Jenis batugamping yang digunakan adalah jenis batugamping dolomitan dengan kadar : (SiO2 0,96 %), (Fe2O3 0,04 %), (Al2O3 0,14 %), (MgO 0,15 %), (CaO 55,8 %). Dolomit dan batugamping dolomitan digunakan dalam pembuatan gelas, botol, dan kaca lembaran. Bahan ini memberi pengaruh yang sangat baik pada gelas, antara lain mempermudah campuran gelas mudah melebur, mencegah devritrifikasi dan memperpanjang jarak kerja (working range) pada peleburan gelas.
6.7. Bahan baku semen
Semen merupakan salah satu bahan bangunan yang dibuat dari batu kapur. Batukapur dan tanah liat merupakan bahan utama pembuatan semen. Semen sediri merupakan sendiri merupakan bahan baku utama dalam proses pembangunan, baik rumah maupun gedung pencakar langit lainnya.
Tekstur dari batuan ini adalah non kristalin, karena mineral penyusunnya tidak berbentuk kristal, dengan memperhatikan tekstur batuan ini dapat disimpulka bahwa batuan ini terbentuk dari adanya pelarutan batuan asal yang merupakan material-material penyuplai terbentuknya batuan ini, adapun batuan asal dari batuan ini adalah seperti pelarutan terumbu karang. Selain itu proses pembentukan batuan ini adalah pengerusan gamping yang telah ada misalnya penghancuran terumbu karang oleh gelombang, atau dari pengendapan lansung secara kimia air laut yang kelewat jenuh akan CaCO3. Proses litifikasi dari batuan ini melibatkan pelarutan mineral-mineral karbonat yang stabil maupun yang tidak stabil, dalam pengertian luas diagenesa meliputi perubahan mineralogi, tekstur, kemas, dan geokimia sedimen dan temperatur serta tekanan yang rendah.
Litifikasi sedimen karbonat dapat terjadi pada sedimen yang tersingkap, maupun yang masih berada didalam laut, proses terbentuknya batuan ini berlangsung berlahan-lahan dan bertingkat-tingkat, dimana batas antar tingkatan tidak jelas, bahkan dapat saling melingkup, tingkatan tersebut adalah penyemenan, pelarutan, pengendapan, perubahan mineralogi butir-butir dan rekristalisasi. Keterdapatan batuan ini biasanya dapat ditemukan disekitar pinggiran pantai, adapun asosiasi dari batuan ini adalah batupasir karbonatan dan packtone. Adapun kegunaan dari batuan ini adalah sebagai reservoir dalam pencarian minyak bumi.
b.Weckestone (Mud supported)
Weckestone merupakan batuan sedimen karbonat dengan kandungan fragmennya lebih besar dari 10 % dari masa batuan itu sendiri. Fragmen yang terdapat dalam batuan ini dibalut oleh lumpur karbonat sebagai matriksnya dan fragmen-fragmen yang ada mengambang di dalam matriksnya tanpa ada persinggungan antar masing-masing fragmennya.
c. Packstone ( Grain supported )
Packstone mrupakan jenis batuan karbonat yang memiliki kandungan fragmen yang lebih banyak dibandingkan dengan mudstone dan weckstone. Artinya batuan ini mengandung banyak fragmen sehingga memungkinkan fragmennya akan bersinggungan di dalam matriks lumpur. Butirannya berkisar pada ukuran 2 mm hinga 0,064
d. Grainstone ( Grain supported )
Batuan karbonat jenis ini hampir memiliki kesamaan dengan batuan pckstone, hanya saja dalam batuan ini telah hampir didominasi oleh kandungan fragmen, sehingga lumpur yang terakumulasi dalam batuan ini sangat sedikit sekali, bahkan dalam beberapa jenis batuan ini tidak ditemukan lumpur sama sekali.
e. Boundstone
Batuan jenis boundstone ini merupakan jenis batuan karbonat yang tersusun oleh fragmen batuan sedimen asli berupa organisme seperti karang dan bryozan, dimana dalam beberapa dari jenis batuan ini ditemukan adanya akumulasi lumpur.
f. Crystalline karbonat
Batuan jenis ini merupakan batuan yang tersusun dari kandungan kristal-kristal karbonat tanpa adanya akumulasi dari lumpur maupun fragmen-fragmen sedimen.
Gambar 4.1. Klasifikasi Dunham 1962 ( batuan karbonat ) |
Klasifikasi Grabau (1904) didasarkan pada karakteristik sederhana dari suatu batugamping atau batuan karbonat, yaitu ukuran butir penyusunnya. Konsep dari klasifikasi ini didasarkan pada metode umum seperti yang digunakan pada klasifikasi batuan sedimen klastik.
a. Calcirudite, yaitu batugamping yang ukuran butirnya lebih besar dari pada pasir ( >2 mm )
b. Calcarenite, yaitu batugamping yang ukuran butirnya sama dengan pasir ( 1/16 - 2 mm )
c. Calcilutite, yaitu batugamping yang ukuran butirnya lebih kecil dari pasir ( <1/16 mm )
d. Calcipuluerite, yaitu batugamping hasil presipitasi kimiawi, seperti batugamping kristalin
e. Batugamping Organik, yaitu hasil pertumbuhan organisme secara insitu seperti terumbu dan stromatolite.
Gambar 4.2. Klasifikasi Grabau, 1904 |
Klasifikasi ini mendasarkan pada konsep maturitas tekstur dari batuan karbonat, yang melibatkan jenis komposisi batuan tersebut. Perkembangan klasifikasi ini dikarenakan analisa petrografi pada batugamping untuk menentukan lingkungan pengendapan membutuhkan dasar klasifikasi lain yang lebih spesifik. Dengan mengetahui fabrik dari batuan tersebut dapat diinterpretasikan tingkat energi dari pengendapan sedimen ( Tucker, 1990 )
Klasifikasi Folk ( 1959 ) berdasarkan fabrik dan komposisi batuan karbonat yang dibagi menjadi tiga jenis utama yakni butiran (allochem), matriks (micrite), dan semen (sparite). Berdasarkan jenis allochem nya yakni intraklas, ooid, bioklas, dan peloid maka batugamping dibagi menjadi empat kelompok. Sebagai tambahan, batugamping in-situ yang koheren dan mempunyai struktur organik disebut sebagai biolithtes (dimodifikasi oleh Scholle dan Ulmer-Scholle, 2003).
Gambar 4.3. Klasifikasi Batugamping Folk ( 1959 ). |
4.4 Klasifikasi batugamping menurut Embri & Klovan (1971)
Klasifikasi ini didasarkan pada karakteristik yang sama dengan klasifikasi Dunham yakni fabrik batuan, tekstur, proporsi kandungan mud dalam batuan, dan kerangka penyusun batuan baik secara mekanik maupun biologi. Pembuatan klasifikasi ini merupakan penyempurnaan klasifikasi Dunham yang sebelumnya tidak membagi boundstone secara spesifik. Boundstone sebagai hasil kerangka organik dari koloni koral dibagi menjadi beberapa penamaan berdasarkan jenis organisme yang menyusunnya. Dengan menggunakan kombinasi tektur dan komposisi, klasifikasi ini dapat memberikan informasi mengenai kondisi pembentukan batuan tersebut ( Tucker, 1990 ).
5. Jenis-Jenis Batugamping
a. Gamping kristalin
Batugamping kristalin terbentuk dari hasil rekristalisasi batugamping klastik, batugamping terumbu, atau batugamping afanitik, dan tidak terbentuk secara langsung dari pengendapan. Proses pembentukan batugamping kristalin terjadi pada saat diagenesis yang disebut neomorphoisme.
b. Batugamping bioklastik
Batugamping bioklastik tersusun oleh cangkang atau fragmen kerangka organisme, umumnya dicirikan oleh fragmen / cangkang lepas terutama jika telah tertransportasi. Penamaan batuan bioklastik umumnya berdasarkan organisme penyusun utama, yaitu :
- Batugamping (bioklastik) foraminifera
- Batugamping koral (biklastik, fragmental)
- Batugamping coquina (jika seluruhnya terdiri dari cangkang-cangkang moluska)
- Batugamping globigerina
- Kerak ganggang sering pula pecah-pecah membentuk butir
- Lingkungan laut dangkal dekat pantai, dengan partikel-partikel telah terabrasi
- Lingkungan sekitar terumbu, laguna, dan terumbu bagian depan. Endapan merupakan pecahan dari terumbu akibat gelombang dengan butiran yang telah terbrasi, sedangkan diterumbu depan merupakan talus pelongsoran terumbu dan berupa kepingan koral.
- Lingkungan daerah neritik, misalnya doraminifera besar membentuk bank / gundukan.
Batugamping kerangka atau bisa disebut batugamping terumbu adalah suatu bentuk struktur organisme yang dibentuk oleh koloni organisme, tahan terhadap gelombang dan memiliki relief topografi diatas pengendapan sedimen di sekelilingnya. Macam - macam struktur koloni organisme yang dikenal yakni, bank, bioherm, biostrome, dan reef ( terumbu ).
d. Batugamping afanitik
Batugamping afanitik juga sering disebut batugamping mikrokristalin, terdiri dari butir-butir berukuran 0,005 mm sehingga tidak diketahui apakah terdiri dari fragmen halus (pecahan gamping) atau kristal halus. Batugamping afanitik dapat terbentuk dengan beberapa cara, yaitu :
- Penggerusan batugamping yang telah ada sebelumnyam, misalkan dari penghancuran terumbu oleh gelombang laut.
- Pengendapan langsung secara kimiawi dari air laut yang jenuh CaCO3
- Pengendapan dengan batuan ganggang hijau (chlorophycese) seabagi jarum-jarum aragonit.
6. Manfaat Batugamping
6.1. Bahan penstabil jalan raya
Selain menggunakan semen ataupun pasir, dalam pembuatan jalan raya kita juga memerlukan batu gamping sebagai penstabilnya. Ini bertujuan agar fondasi jalan raya kuat dan kokoh, bila terkena air hujan, maka jalan raya yang telah dibuat tidak mudah rusak ataupun retak. Dengan menggunakan batu gamping, maka jalan raya tidak banyak mengalami penyusutan saat malam hari ataupun pemuaian berlebih disaat siang hari, sehingga jalan raya akan awet dan bertahan lama.
6.2. Penjernih air
Pada beberapa industri yang membutuhkan air jernih ataupun jika anda melihat kolam renang yang keruh, biasanya orang akan menggunakan batu gamping sebagai campuran untuk menjernihkan air yang keruh tersebut. Sebelumnya untuk membuat penjernih air, batu gamping akan dicampur dengan soda abu berlebih dahulu dan berulah bisa digunakan untuk menjernihkan air. Proses ini biasanya disebut sebagai proses kapur soda, ini karena dalam prosesnya soda abu dicampur dengan batugamping yang mengandung kapur.
6.3. Sebagai pengatur PH tanah
Untuk mengatur PH tanah, jika tanah dirasa memiliki PH rendah, maka untuk menaikan PHnya bisa menambahkan sedikit batugamping yang telah dihancurkan terlebih dahulu pada tanah. Batugamping dapat dapat digunakan sebagai bahan pengkapuran untuk menetralisir keasaman tanah.
6.4. Sebagai pupuk
Batugamping sangat berguna dalam industri pertanian, yaitu dengan menaburkannya pada tanah, maka kandungan kalsium pada tanah akan meningkat dan ini juga merupakan salah satu pupuk alami untuk membuat tanaman subur.
6.5. Bahan keramik
Pemakaian batugamping dalam industri keramik berfungsi sebagai imbuh untuk menurunkan suhu leleh, sehingga pemuaian masa setelah dibakar sesuai dengan pemuaian glasir. Dengan demikian glasir tidak lepas atau retak. Jenis dan jumlah pengotor yang terdapat dalam batugamping merupakan faktor penentu sebagai bahan beku keramik.
6.6. Industri kaca
Pemanfaatan batugamping dalam industri kaca adalah sebagai bahan tabahan. Jenis batugamping yang digunakan adalah jenis batugamping dolomitan dengan kadar : (SiO2 0,96 %), (Fe2O3 0,04 %), (Al2O3 0,14 %), (MgO 0,15 %), (CaO 55,8 %). Dolomit dan batugamping dolomitan digunakan dalam pembuatan gelas, botol, dan kaca lembaran. Bahan ini memberi pengaruh yang sangat baik pada gelas, antara lain mempermudah campuran gelas mudah melebur, mencegah devritrifikasi dan memperpanjang jarak kerja (working range) pada peleburan gelas.
6.7. Bahan baku semen
Semen merupakan salah satu bahan bangunan yang dibuat dari batu kapur. Batukapur dan tanah liat merupakan bahan utama pembuatan semen. Semen sediri merupakan sendiri merupakan bahan baku utama dalam proses pembangunan, baik rumah maupun gedung pencakar langit lainnya.
6.8.
Industri bata silika
Untuk pembuatan bata silika, batugamping yang
diperlukan adalah : (Fe2O3 + Al2O3 0,14 1,5 %), (MgO 4,5 %), (CaO >90 %), (CO2 5 %).
6.9. Pembuatan karbid
Bahan utama pembuatan karbid adalah kabur tohor (60 %), kokas, antrasit, dan petroleumcoke (carbon black).
6.10. Peleburan dan pemurnian baja
Dalam peleburan dan pemurnian baja atau logam lainnya batu gamping/dolomit berfungsi sebagai imbuh pada tanur tinggi. Bijih besi mengandung silika dan alumina sebagai unsur tambahan. Dalam proses peleburan unsur-unsur tersebut bersenyawa dengan bahan pengimbuh berupa terak cair (seng) yang mengapung di atas lelehan besi, sehingga mudah dipisahkan. Di samping itu CaO dalam batugamping harus berkadar tinggi, sarang dan keras. Hal itu diperlukan untuk mengikat gas-gas seperti SiO2 dan H2S.
6.11. Pembuatan soda abu
Untuk pembuatan soda abu diperlukan batugamping 1 - 1,25 ton melalui proses amonia soda.
6.12. Bahan pemutih dalam industri kertas, pulp, dan karet
Untuk keperluan ini batugamping harus mempunyai hablur murni (hampir CaCO3) yang digerus sangat halus. Biasanya berasal dari batugamping yang lunak, berwarna putih yang berasal dari cangkang kerang dan jasad renik yang terdiri dari kapus (CaCO3) sebagai hasil sampingan pembuangan dasar magnesium karbonat 325 mesh, mempunyai daya serap terhadap minyak, warna putih, dan PH > 7,8. Bahan pemutih ini dipakai untuk pemutih pulp, pengisi, pelapis(coating) dan pengkilap.
https://youtu.be/A7XrQQANq6M
6.9. Pembuatan karbid
Bahan utama pembuatan karbid adalah kabur tohor (60 %), kokas, antrasit, dan petroleumcoke (carbon black).
6.10. Peleburan dan pemurnian baja
Dalam peleburan dan pemurnian baja atau logam lainnya batu gamping/dolomit berfungsi sebagai imbuh pada tanur tinggi. Bijih besi mengandung silika dan alumina sebagai unsur tambahan. Dalam proses peleburan unsur-unsur tersebut bersenyawa dengan bahan pengimbuh berupa terak cair (seng) yang mengapung di atas lelehan besi, sehingga mudah dipisahkan. Di samping itu CaO dalam batugamping harus berkadar tinggi, sarang dan keras. Hal itu diperlukan untuk mengikat gas-gas seperti SiO2 dan H2S.
6.11. Pembuatan soda abu
Untuk pembuatan soda abu diperlukan batugamping 1 - 1,25 ton melalui proses amonia soda.
6.12. Bahan pemutih dalam industri kertas, pulp, dan karet
Untuk keperluan ini batugamping harus mempunyai hablur murni (hampir CaCO3) yang digerus sangat halus. Biasanya berasal dari batugamping yang lunak, berwarna putih yang berasal dari cangkang kerang dan jasad renik yang terdiri dari kapus (CaCO3) sebagai hasil sampingan pembuangan dasar magnesium karbonat 325 mesh, mempunyai daya serap terhadap minyak, warna putih, dan PH > 7,8. Bahan pemutih ini dipakai untuk pemutih pulp, pengisi, pelapis(coating) dan pengkilap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar